• Cerita Wanita Penyintas HIV, Sudah 16 Tahun 'Berdamai' dengan Virus di Tubuhnya

    Diperbarui:2024-12-19 21:17    Jumlah Klik:138
    Ilustrasi HIVIlustrasi (Foto: iStock)Jakarta -

    Seorang perempuan tangguh dari Tangerang, Provinsi Banten, H (44) telah hidup berdampingan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) kurang lebih 16 tahun lamanya.

    Kepada detikcom, perempuan ini bercerita bahwa dirinya tertular HIV dari mantan suaminya. Tidak hanya dirinya, anak ketiganya juga mengidap kondisi yang sama.

    "Pada tahun 2007 masih belum ada pemeriksaan ibu hamil dites HIV seperti sekarang. Jadinya saya luput pemeriksaan. Jadi saya melahirkan secara normal, saya memberikan ASI bahkan mix feeding," kata H kepada detikcom, di Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024).

    "Yang saya tidak ketahui ternyata anak saya itu juga dites HIV. Saya datang ke pelayanan kesehatan, dokternya cuma bilang 'mbak, tolong anakmu diobati karena dia positif (HIV)," lanjut dia.

    H mengakui bahwa pada saat itu pengetahuannya terkait HIV masih terbilang belum baik, sehingga dirinya dan suami harus merelakan kehilangan sang anak karena virus tersebut tidak kunjung diobati.

    Sejak saat itu, tubuh H mulai menunjukkan gejala-gejala dari HIV. Dirinya mengaku berat badannya turun drastis menjadi 36 kg, kandidiasis oral (infeksi jamur) sampai ke tenggorokan, anemia berat, batuk dan pilek berkepanjangan, hingga diare yang sampai tiga bulan.

    "Dulu tes HIV itu tidak seperti sekarang, tes satu jam selesai. Dulu itu dua minggu, jadi saya menunggu. Seperti yang saya sebutkan tadi pada 15 Februari 2008, saya buka hasil ternyata saya positif HIV dengan AIDS stadium 4," kata H.

    Setelah mendapatkan hasil tersebut, H berpikir bahwa dirinya mungkin akan meninggal karena HIV. Namun, dirinya juga tidak menyerah dengan keadaan. H juga rutin mengonsumsi obat ARV (antiretroviral) dari dokter.

    "Saya berpikir bahwa saat itu saya mungkin akan mati karena HIV. Tapi saya minum si ARV itu, saya minum, ternyata dua minggu setelah minum berat badan saya naik empat kilo," katanya.

    "Setiap bulan saya tanya ke dokter, 'dok, kapan saya mati? Berapa lama lagi saya hidup?'" sambungnya.

    Namun, dengan kondisi ini H memilih untuk tidak menyerah. Sosok ibu dan anak-anaknya menjadi alasan kuat untuk dirinya tetap berjuang hingga saat ini.

    Baca juga: Geramnya dr Boyke Dengar Hoax Viral 'Cegah HIV dengan Odol'

    NEXT: Diskriminasi yang Dialami Penyintas HIV

    Halaman12Selanjutnya